Sabtu, 06 Juli 2013

ZAKAT



MASHARIF, AMIL, PERHITUNGAN & PEMBAGIAN, HIKMAH & FILOSOFI ZAKAT

oleh:

Rudi Hartanto


I.         Pendahuluan.
Zakat tidak terlepas dari mustahiq, amil, dan penghitungan zakat. Dengan  penghitungan zakat akan diketahui berapa zakat yang harus dikeluarkan oleh muzakki  bahkan waktunya pun telah ditentukan sebagaimana firman Alloh SWT:

Artinya: “.... dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya...” (Al-An’am: 141)

II.      Rumusan Masalah.
a)    Masharif Zakat.
b)    Amil Zakat.
c)    Penghitungan dan Pembagian Zakat.
d)   Zakat di Indonesia.
e)    Hikmah dan Filosofi Zakat.

III.   Pembahasan.
A.    Masharif Zakat.
Masharif zakat atau disebut juga mustahiq (orang yang berhak menerima zakat). Harta yang dikeluarkan melalui zakat, secara umum diperuntukkan bagi mereka yang tertera dalam Al-Qur’an:

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksan”(At-Taubah; 60)

Dari ayat diatas dapat kita ketahui bahwa yang berhak menerima zakat ialah:
1. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2. orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.
3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
5. Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.
6. Orang berhutang: orang yang berhutang Karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
7. Pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
Semua mustahiq  di atas mencakup semua orang yang didesak kebutuhan, karena tidak ada orang yang memiliki kebutuhan tertentu, kecuali dia adalah salah satu dari delapan mustahiq di atas. Dan Alloh tidak rela akan keputusan orang yang menambah atau mengurangi para mustahiq di atas sebagaimana sabda Rosul S’AW:
قال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم: "إنَّ اللّه تعالى لم يرض بحكم نبيٍّ ولا غيره في الصدقات حتى حكم فيها هو، فجزَّأها ثمانية أجزاء، فإِن كنت من تلك الأجزاء أعطيتك حقك".
“sesungguhnya Alloh tidak ridho terhadap keputusan nabi atau orang lain dalam masalah zakat, tapi hanya ridho terhadap keputusan-Nya Sendiri. Maka, Dia membagi-baginya kepada delapan golongan, maka apabila kamu salah satu diantara itu, maka aku akan memberikan hakmu”(HR. Abu Dawud)

B.     Amil Zakat.
Amil Zakat adalah orang-orang yang terlibat atau ikut aktif dalam organisasi pelaksanaan zakat, dimulai dari mengumpulkan atau mengambil zakat dari muzakki  sampai membagikannya kepada orang yang berhak menerima zakat tersebut (mustahiq) yang telah dipilih oleh imam. Sebagaimana Rosululloh S’AW mengutus banyak sahabat yang terkenal sebagai penagih zakat, yakni ‘Umar ra, ‘Imron bin Husein, Ibnu Kutaibah, Abu Mas’ud Al-Badri, dan Mu’adz bin Jabal.
Bekerja mengurus zakat adalah pekerjaan yang ditetapkan oleh syari’at. Rafi’ bin Khadij ra mengatakan: Aku mnedengar Rosululloh S’AW bersbda:
قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: ((العَامِلُ عَلَى الصَّدَقَةِ بِالحَق ِّكَالْغَازِي فِي سَبِيْلِ الله، حَتَّى يَرْجِعُ إِلَى بَيْتِهِ.
“amil zakat yang jujur sama dengan orang yang berperang dijalan Alloh sampai dia pulang ke rumahnya” (HR. Ahmad).
Termasuk tugas para amil adalah penanggungjawab, perencana, konsultan, pengumpul, pembagi, penulis dan yang lain seperti tenaga kasar yang terlibat dalam pelaksanaan zakat tersebut.
Secara garis besarnya kegiatan amil zakat tersebut meliputi:
1)      Mencatat nama-nama muzakki.
2)      Menghitung besarnya harta zakat yang akan dipungut atau diambil dari muzakki.
3)      Mengumpulkan atau mengambil harta zakat dari muzakki.
4)      Mendoakan orang yang membayar zakat.
5)      Menyimpan, menjaga, dan memelihara harta zakat sebelum dibagikan kepada mustahiq.
6)      Mencatat nama-nama mustahiq zakat.
7)      Menentukan prioritas mustahiq zakat.
8)      Menentukan besarnya bagian yang akan diberikan kepada para mustahiq zakat.
9)      Mendistribusikan harta zakat kepada mustahiq zakat.
10)  Mencatat atau mengadministrasikan semua kegiatan pengelolaan zakat, serta mempertanggungjawabkannya.
11)  Mendayagunakan harta zakat.
12)  Mengembangkan harta zakat.

C.     Penghitungan dan Pembagian Zakat.
Zakat menurut perhitungan MUI pusat beserta waktu pembagiannya adalah sebagai berikut:


Jenis harta
Nishab
Haul
Kadar
keterangan
1.    Tumbuh-tumbuhan:
a)             Padi
b)             Biji-bijian
c)             Ubi-ubian
d)             Buah-buahan
e)             Tanaman hias
f)              Rumput-rumputan
g)             Daun-daunan
h)             Kacang-kacangan
i)               Sayur-sayuran
1350 kg gabah atau 750 kg beras
Sedangkan untuk selain padi sama 750 kg.
Tiap panen
5% atau 10%
Jike sistem pengelolaannya sulit 5% tapi jika mudah 10%
2.    Emas, uang, perak:*)
a)      Emas murni
b)      Perhiasan, perabot, dan peralatan dari emas
94 gram
1 tahun
2,5%

c)      Perak
d)      Perhiasan, peralatan dan perabotan dari perak
672 gram
1 tahun
2,5%

e)      Logam mulia setara emas
f)       Batu permata
g)      Uang tunai, deposito, tabungan
94 gr emas
1 tahun
2,5%

3.        Perusahaan/ perdagangan/ pendapatan:
a)      Industri
b)      Industri pariwisata
c)      Perdagangan
d)      Real estate
e)      Pendapatan
f)       Peternakan
Senilai 94 gr emas murni
1 tahun
2,5%

4.        Binatang ternak:
a)      Kambing, biri-biri, domba
40-120
121-200
201-300
Ekor
1 tahun
                 1
2
3
ekor

Setiap tambah 100 zakatnya 1 ekor dst.
b)      Sapi

30 ekor

40 ekor

60 ekor

70 ekor
1 tahun
1 ekor umur 1 th
1 ekor umur 2 th
2 ekor umur 1 th
1 ekor umur 1 th dan 1 ekor umur 2 th
Setiap tambah 30 ekor zakatnya 1 ekor umur 1 tahun, sedangkan kalau 40 ekor zakatnya 1 ekor umur 2 tahun.
c)      Kerbau (zakatnya sama seperti sapi)




5.      Zakat fitri:
Beras, sagu, jagung, singkong (sesuai dengan makanan pokok daerah tertentu)
Mempunyai kelebihan bahan makanan di hari raya
Bulan ramadhan
2,5 kg/ 3,1 liter
Penyerahan pada mustahiq pada akhir bulan ramadhan minimal setelah maghrib dan maksimal sebelum khotib naik mimbar pada tgl 1 syawal, bisa berupa uang seharga makanan. tersebut

*) berdasarkan hadist Nabi S’AW:
فإِذا كانت لك مائتا درهمٍ وحال عليها الحول ففيها خمسة دراهمٍ، وليس عليك شىءٌ يعني في الذهب حتَّى يكون لك عشرون ديناراً، فإِذا كان لك عشرون ديناراً وحال عليها الحول ففيها نصف دينارٍ
“jika engkau memiliki 200 dirham perak, lalu sampai haul, maka zakatnya 5 dirham. Kamu tidak wajib menzakati emas sampai memiliki 20 dinar. Jika kamu memiliki 20 dinar, lalu sampai haul, maka zakatnya ½ dinar”(HR. Abu Dawud).
Ø  Jadi nishab untuk perak adalah 200 dirham dan zakatnya 5 dirham dengan rincian sebagai berikut:
1 dirham = 3,36 gram
200 dirham = 200 x 3,36 gram = 672 gram (nishabnya). Jadi zakatnya 5 dirham adalah 16,8 gram.
Ø  Sedangkan nishab untuk emas adalah 20 dinar dan zakatnya ½ dinar dengan rincian sebagai berikut:
1 dinar = 4,7 gram
20 dinar = 20 x 4,7 = 94 gram (nishabnya). Jadi zakat untu ½ dinar adalah 2,35 gram.

D.    Zakat di Indonesia.
Sebelum keluarnya UU Nomor 38 tahun 1999 (diundangkan 23 septemnber 1999) tentang Pengelolaan Zakat di Indonesia ternyata sejak masa penjajahan sampai masa kemerdekaan telah ada undang-undang yang berhubungan dengan masalah pengaturan zakat, diantara undang-undang tersebut adalah:
a.)    Bijblaad No. 2 tahun 1893 tanggal 4 agustus 1893.
b.)    Bijblaad No. 6200 tanggal 28 Februari 1905
c.)    Surat Edaran Menteri Agama RI No. A/VII/17367 tanggal 5 Desember 1951.
d.)   RUU Zakat Tahun 1967 (tidak sampai diundangkan).
e.)    Peraturan Menteri Agama RI No. 4 Tahun 1968 atas instruksi Menteri Agama RI No. 16 Tahun 1968.
f.)     Instruksi Menteri Agama RI No. 16 Th. 1989 tanggal 12 Desember 1989.
g.)    Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Dalam Negeri RI No. 29 Th. 1991/47 Th. 1991 tanggal 19 Maret 1991.
h.)    Instruksi Menteri Agama RI No. 5 Th. 1991 tanggal 18 Oktober 1991.
i.)      Instruksi Menteri Dalam Negeri No.7 Th. 1998.
Dengan berlakunya Undang-Undang RI No. 38 Th. 1999, sabagai pelaksannaan UU tersebut telah dikeluarkan Keputusan Menteri Agama RI No. 581 Th. 1999 yang berlaku mulai tanggal 13 Oktober 1999.
Adapun tujuan pengelolaan zakat di indonesia adalah sebagai beriku:
Ø   Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntutan agama.
Ø   Meningkatkan fungsi dan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
Ø   Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat sebagaimana pasal 5 UU No. 38.

E.     Hikmah dan Filosofi Zakat.
Ibadah zakat kalau dilaksanakan dengan benar, akan melahirkan dampak positif, baik dari muzakki maupun bagi masyarakat umumnya. Adapun rahasia yang terkandung didalam zakat yaitu:
1)    Bagi muzakki:
a)      Mensucikan para mukmin dari sifat bakhil dan membiasakan para mukmin bersifat murah tangan. Sebagaimana Firman Alloh;

Artinya: “ Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung” (Al-Hasyr: 9)
b)      Mendekatkan para mukmin kepada Alloh dan menimbulkan perasaan bahwa kebahagiaan itu adalah dapat mengeluarkan harta dijalan Alloh.
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.(At-Taubah :103)

c)      Membawa para mukmin mensyukuri nikmat Alloh yang telah memelihara dari meminta-minta.
2)   Bagi mustahiq:
a)      Memelihara orang fakir dan miskin dari kehinaan kefakiran.
b)      Menyokong orang-orang yang berjihad dijalan Alloh.
c)      Memudahkan ibnu sabil.
d)     Menolong orang yang berhutang untuk mencapai kemerdekaan.
3)   Bagi keduanya:
a)      Menggerakkan para mukmin baik yang kaya maupun yang fakir menyempurnakan keimanannya.
b)      Mewajibkan masing-masing untuk saling memberi berdasarkan kasih sayang.
c)      Berbuat ihsan anatara keduanya.

IV.   Kesimpulan.
Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui siapa-siapa saja yang berhak menerima zakat (mustahiq), apa saja tugas-tugas amil sebagai pengelola zakat, batasan-batasan zakat dan kapan dikeluarkan zakat tersebut.

V.      Penutup.
Mengakhiri makalah ini, saya menghaturkan segala puji dan keagungan kepada Alloh Yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa. Dialah yang telah memberi anugerah pertolongan kepada kami. Tanpa pertolongan itu, tentu makalah ini tidak akan terwujud. Dengan rendah hati saya berdo’a kepada Alloh, mudah-mudahan Dia menjadikan jerih payah ini sebuah amal jariyah yang ikhlas, untuk dan karena-Nya semata. Dia Maha Tinggi lagi Maha Mulia. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi semua, dan dicatat sebagai pahala. Dialah sebaik-baik Penguasa dan sebaik-baik Pemberi pertolongan. Mudah-mudahan Alloh melimpahkan rahmat-salam kepada panutan alam beliaulah Muchammad S’AW, serta kepada segenap keluarga, sahabat dan para pengikut beliau hingga hari kiamat.


DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh Arief Cholil, dkk, 2010, Studi Islam II, UNISSULA Press, Semarang
‘Abdulloh bin Muhammad Al-Muthlaq, 2005, Fiqh as-Sunnah Muyassar, Sahara publisher, Jakarta.
Rasjid Sulaiman, 2009, Fiqh Islam, Sinar Baru Algesindo, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar