I.
PENDAHULUAN
Jawa
merupakan nama yang tidak asing bagi kita, ia memiliki berbagai corak
kebudayaan, bahkan wanita pun memiliki ideologi tersendiri bagi masyarakat
Jawa. Peranan wanita dalam Jawa sangat
menarik untuk di kaji, dikarenakan ada istilah jawa yang menurut saya tidak
pantas untuk di ikuti, yakni seorang wanita pada masa itu diperlakukan seperti
“kuda tunggangan” yang selain “ditunggangi” masih ditumpangi
beban lain yang berat. Selain itu wanita dianggap tidak mampu berbuat
kebajikan, seperti hal-hal yang akan dibahas dalam sub bagian pembahasan.
II.
PERMASALAHAN
a. Pengertian
Wanita Dalam Budaya Jawa.
b. Wanita
Dalam Budaya Jawa.
c. Kedudukan
dan Peran Wanita.
d. Wanita
Dalam Islam.
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wanita Dalam Budaya Jawa.
Dalam
masyarakat jawa wanita sering di sebut dengan istilah wadon, wanita, estri atau
putri. Istilah tersebut mempunyai pengertian tresendiri bahkan membawa
konsekuensi ideologi tersendiri. Untuk mebuktikannya mari kita lihat
satu-persatu uraian pengertian di atas[1]:
1. Wadon, kata wadon berasal
dari bahasa Kawi yakni “wadu”, yang secara harfiah bermakna kawula atau abdi.
Istilah ini sering di artikan bahwa perempuan ditakdirkan menjadi “abdi”
(pelayan) sang guru laki (suami).
2. Wanita, kata ini wanita
tersusun dari dua kata bahasa jawa yakni “wani” (berani) dan “tata” (teratur).
Dalam pengertian ini wanita memiliki dua pengertian, yaitu wani ditata (berani
/ mau diatur) dan wani nata (berani / mau mengatur). Dalam istilah wani
ditata mengandung makna bahwa perempuan harus tetap tunduk dan mau untuk
diatur suami, sedangkan istilah wani nata seorang perempuan harus berani
mengatur rumah tangga, mendidik anak, serta yang terpenting adalah memenuhi
kebutuhan biologis sang suami.
3. Estri, kata estri lahir dari
bahasa Kawi yakni “estren”, yang berarti penjurung (pendorong). Dari
kata “estren” lalu terbentuklah kata hangestreni yang berarti mendorong.
Dari sini dapat kita ketahui bahwa seorang estri harus mampu memberi
dorongan (motivasi) kepada sang suami, lebih-lebih jika sang suami dalam
keadaan semangatnya melemah.
4. Putri, yang berarti anak
perempuan. Dalam tradisional Jawa, kata ini sering dikatakan sebagai singkatan putus
tri perkawis (gugurnya tiga perkara), yakni seorang perempuan dalam
kedudukan putri dituntut untuk menjalankan kewajibannya, baik sebagai wadon,
wanita, maupun estri.
B. Wanita Dalam Budaya Jawa.
Dalam
beberapa karya sastra Jawa lama, masalah
wanita banyak dibicarakan. Misalnya dalam Kitab Clokantara, Serat Panitisastra,
Serat Centhini. Adapun uraiannya dapat kita lihat di bawah ini[2]:
1. Perempuan
dalam Kitab Clokantara.
Di
dalam kitab ini perempuan di sudutkan kedalam hal yang negatif, seperti:
“... tiga ikang abener
lakunya ring loka/ Iwirnya/ ikang Iwah/ ikang Udwad/ ikang Janmastri/ Yeka kang
telu/ wilut gatinya/ Yadin pweka nang stri hana satya budhinya/ dadi
ikangtunjung tumuwuh ring cila/...”
Terjemahan bebas:
“...
ada tiga yang tidak benar jalannya di bumi yaitu/ sungai/ tanaman yang melata/
dan wanita/ ketiga-tiganya/ berbelit jalannya// jika ada wanita yang lurus
budinya/ akan ada (bunga) tunjung tumbuh di batu/...”
Maksudanya
adalah perempuan tidak mungkin atau mustahil memiliki budi yang baik dan
memiliki kebajikan, sebagaimana yang digambarkan “Yadin pweka nang stri hana
satya budhinya/ dadi ikang tunjung tumuwuh ring cila”.
2. Perempuan
dalam Kitab Panitisastra.
Di
dalam kitab ini tidak jauh beda dengan Kitab yang pertama yakni sama-sama
menilai bahwa wanita adalah sesuatu yang negatif atau yang dianggap bermoral
rendah, seperti:
“.../ mangkan ngling sang parameng sastra/
ana dyah bener atine/ yen ana gagak pingul/ lawan tunjung tuwuh ing curi/ kono
ana wanudya/ atine rahayu/ kalingane ing sujana/ den prayitna yen pinarak ing
pawestri/ ywa kena manis ujar//”
Terjemahan bebas:
“... / beginilah kata
sang pijak dalam sastra:/ (akan) ada wanita lurus hatinya/ jika ada (burung)
gagak (berwarna) putih/ dan (bunga) tunjung tumbuh di batu/ di situ ada wanita
(yang) hatinya baik/ kata orang pintar/ hati-hatilah apabila berhadapan
(dengan) wanita/ jangan terpikat oleh kata manisnya//.”
Maksudnya adalah jikalau ada wanita yang memiliki hati
yang yang bersih nan suci adalah suatu kemustahilan bagai burung gagak yang
berwarna putih bermunculan di muka bumi. Sebagaimana yang digambarkan “... ana
dyah bener atine/ yen ana gagak pingul...”.
3. Perempuan
dalam Kitab Serat Centhini.
Di
dalam Centhini perempuan tak jauh beda dengan apa yang diterangkan oleh kedua
kitab di atas, namun demikian, di sini perempuan lebih berharga dan imbang
daripada kedua kitab di atas, misalnya:
“... mula ginawan
sira/ ing panuduh aja kumawani/ anikel tuduhing kakung/ sapakon lakonana/
pramilane ginawan kang panunggul/ kakungmu unggul-unggulna/ miwah kalamun
paparing/..”
Terjemahan bebas:
“.../ maka kamu diberi/
jari telunjuk jangan berani/ menyangkal kehendak suami/ setiap perintah
laksanakan/ maka diberi panunggul/ unggul-unggulkan suamimu/ lebih-lebih kalau
memberi...”
Maksudnya
adalah seorang istri harus mematuhi dengan sepenuh hati, apapun yang disuruh
jangan disangkal apalagi melawan suami. Sebagaimana yang digambarkan, “... kakungmu
unggul-unggulna/...”
Di
samping itu masyarakat Jawa memberikan kita gambaran bagaimana seorang
perempuan yang harus dipilih oleh suami dan bagaimana sikap seorang istri
setelah sah menjadi istri sang suami.
Adapun
seorang perempuan yang harus di pilih adalah berdasarkan[3]:
1. Bobot, bahwa seorang pria
perlu mengetahui asal-usul orang tua wanita tersebut.
2. Bebet, yakni seorang wanita
dilihat dari segi orang tua dalam hal materi.
3. Bibit, sedangkan yang terakhir
ini di lihat dari wanitanya itu sendiri. Dalam hal ini wanita dapat dilihat
dari 21 macam golongan, yakni:
1. Bongoh, bentuk tubuh gemuk
kukuh dan memiliki rasa lila legowo (ikhlas).
2. Sengoh, raut wajah gemuk,
memiliki daya tarik, sedap dipandang, bisa membuka pesona asmara.
3. Plongeh, roman muka dan kejapan kedua
matanya menyiratkan wanita setia, ikhlas meresapkan hati, bersahaja dalam
berperilaku.
4. Ndemenakke, menyenangkan, menarik
hati, tersirat dari kejap mata dan tutur kata yang meresapkan hati.
5. Sumeh, bermuka manis, tersirat dari
wajah yang mencerminkan kesabaran dan ketenangan.
6. Manis, indah roman muka dan
membuat sakit asmara bila dipandang.
7. Merak ati, pandangan dan tutur
katanya menarik hati.
8. Jatmika, memiliki ketenangan
berpikir dan mampu menggetarkan hati.
9. Susila, tutur kata, pandangan
mata, dan tingkah lakunya menyiratkan kejujuran, ikhlas dan legawa.
10. Kewes, terampil
dalam bicara, tajam sorot matanya, menarik hati dalam berbicara.
11. Luwes, memikat hati dalam
gerak tubuhnya.
12. Gandes, tutur kata serta tiap
gerak tubuhnya menggetarkan hati.
13. Dhemes, tindak tanduknya tampak
ayem, tutur katanya sopan, menarik hati.
14. Sedhet, bertubuh sedang,
seimbang antara besar dan tinggi badannya, tingkah lakunya cekatan tidak
mengecawakan.
15. Bentrok, bertubuh tinggi besar,
padat berisi, tingkahnya serba sembada.
16. Lencir, bertubuh tinggi menarik
hati, padat berisi.
17. Wire, bertubuh kecil, serba
singset.
18. Gendruk, bertubuh besar, agak
kendor tapi berisi.
19. Sarenteg, bertubuh tidak begitu
tinggi dibanding dengan besarnya badan, serta berpayudara besar dan berisi.
20. Lenjang, bertubuh agak kecil
tetapi panjang, serta perilakunya kurang baik.
21. Rangku, bertubuh besar, tetapi
tidak begitu tinggi.
Meskipun
demikian, sesungguhnya dalam mencari jodoh janganlah terlalu fokus kepada
penggambaran-penggambaran wanita di atas. Semua itu hanya sebagai sarana
tumbuhnya kecintaan seorang pria.
Sedangkan
sikap seorang istri setelah sah menjadi istri sang suami adalah sebagai
berikut:
1. Gemi (hemat), maksudnya
adalah seorang istri menjaga harta suami dengan baik, dan tidak digunakan
dengan berlebih-lebihan.
2. Wedi (takut), yakni seorang
istri harus pasrah menyerah, dan jangan suka mencela suaminya, serta menuruti
perintah suami dengan sepenuh hati.
3. Gumati (kasih), adalah seorang
istri harus menjaga terhadap apa yang
disenangi suami, baik yang ada pada diri istri maupun aksesoris dalam rumah
tangga.
C. Kedudukan dan Peran Wanita.
Diberbagai
lapisan masyarakat dan diberbagai tempat muncul perbedaan pandangan tentang
kedudukan wanita. Hal ini tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya pandangan tersebut, seperti halnya laki-laki digambarkan dengan
makhluk yang lebih kuat dibanding perempuan. Dari segi fisik laki-laki lebih
kekar dan tegap sehingga dilukiskan lebih memiliki kekuatan dibanding dengan
perempuan.
Pada akhirnya, gambaran kondisi fisik
ini juga mempengaruhi konsep pembagian peran antara laki-laki dan perempuan.
Laki-laki dikonsepkan pekerja di luar rumah (wilayah publik), sedangkan
perempuan dikonsepkan pekerja di dalam rumah tangga (wilayah domestik). Konsep
seprti ini sudah melekat di masyarakat khususnya di Jawa, yang kemudian
terisolasi dalam masyarakat dan akhirnya dikenal dengan istilah “jender”.
Menurut George Peter Murdock dalam
penelitiannya, menyebutkan bahwa dalam kelompok masyarakat, laki-laki cenderung
memilih pekerjaan yang “maskulin” seperti pertukangan, pertambangan, dan
pengangkutan. Sementara perempuan memilih pekerjaan yang “feminim” seperti
memasak, mencuci dan pekerjaan rumah tangga pada umumnya.
Wanita dalam
budaya Jawa berada pada posisi di bawah laki-laki. Contohnya, dikalangan
masyarakat Jawa dikenal istilah “konco wingking” (teman belakang) yang
biasa disebut Istri. Hal ini menunjukan bahwa wanita tidak bisa sejajar dengan
laki-laki, dan menjadikan pekerjaan seorang wanita di belakang (di dapur),
karena dalam budaya Jawa wilayah kegiatan istri adalah dapur (memasak), sumur
(mencuci), dan kasur (melayani kebutuhan biologis sang suami).
Batasan
wilayah kerja bagi wanita seperti itu dapat dirangkaikan sebagai tugas wanita,
yaitu macak (berhias untuk menyenangkan suami), manak (melahirkan
anak), dan masak (menyiapkan makanan). Hal itu menunjukkan sempitnya
ruang gerak wanita dikarenakan sibuknya bekerja dalam wilayah domestik. Kondisi
ini memunculkan ungkapan “swarga nunut nraka katut”, artinya kebahagiaan
atau penderitaan perempuan tergantung sepenuhnya pada laki-laki.
Sejak
masih kecil anak perempuan telah diajari dengan tugas domestik yang berada di
wilayah sumur, dapur, dan kasur. Sambil menunggu jodoh, mereka diajari cara
berdandan, memasak, dan melayani suami. Adapun masa persiapan berumah tangga
dalam budaya jawa dikenal dengan istilah “pingitan”, yaitu larangan
untuk keluar rumah.
Pandangan
terhadap kedudukan perempuan akhirnya sedikit-demi sedikit berubah setelah R.A.
Kartini memperjuangkan hak mereka untuk memperoleh pendidikan. Dikarenakan,
keterbelakangan kaum perempuan disebabkan tidak adanya kesempatan untuk
memperoleh pendidikan. Misalnya, pada masa R.A. Kartini yang bisa memperoleh
pendidikan hanyalah anak seorang bupati atau wedana. Dalam perjuangannya untuk
memperoleh pendidikan bagi perempuan, mendapat dukungan dari J.H. Abendanon.
Dalam suratnya yang ditulis kepada Stella Zeehandelaar tertanggal 9 Januari
1981. Dalam surat itu disebutkan:
“
Dari masa ke masa menjadi semakin jelas bahwa kemajuan para perempuan merupakan
faktor penting untuk membudayakan bangsa itu. Kecerdasan Bumiputera tidak akan
terjadi secara cepat, jika perempuan ketinggalan dalam bidang itu. Perempuan
adalah pendukung peradaban. ”
Pendidikan yang dicita-citakan R.A.
Kartini tidak hanya menyangkut kecerdasan otak, tetapi juga pembinaan akhlak
yang mulia. Oleh karena itu, tugas perempuan tidak hanya belajar ilmu
pengetahuan, tetapi juga membina budi pekerti yang luhur.
Sejak masa Kartini, perempuan Jawa mulai
melangkah ke depan. Walaupun membutuhkan proses yang panjang, perjuangan
Kartini itu membuahkan hasil, diantaranya adalah makin terbukanya kesempatan
perempuan untuk mengenyam pendidikan dan menyadarkan sebagian masyarakat bahwa
perempuan memiliki hak untuk memperoleh pendidikan. Karena dengan bekal
pendidikan itu sebagian perempuan Jawa memperoleh pekerjaan di luar rumah
tangganya sehingga tugas-tugas perempuan yang semula hanya di wilayah domestik
meluas ke wilayah publik.
D. Wanita Dalam Islam.
Wanita dalam Islam mendapat tempat yang
mulia, tidak seperti apa yang dituduhkan oleh sebagian masyarakat, bahwasanya
Islam tidak menempatkan wanita sebagai second human di dalam tatanan
kehidupan masyarakat. Kedudukan mulia kaum wanita itu di tegaskan dalam banyak
hadist, di antaranya adalah :
الْجَنَّةُ تَحْتَ
أَقْدَامِ الْأُمَّهَاتِ
“ surga berada di bawah telapak kaki ibu “
Islam memberikan hak wanita yang sama
dengan laki-laki untuk memberikan pengabdian yang sama kepada agama, nusa,
bangsa dan negara. Ini ditegaskan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist antara lain
sebagai berikut:
Artinya:
”Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka dia tidak akan dibalasi
melainkan sebanding dengan kejahatan itu. dan barangsiapa mengerjakan amal yang
saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, Maka
mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab.”(Al-Mu’min
: 40)
Artinya: “Maka Tuhan mereka
memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak
menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki
atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain...”(Ali
Imron: 195)
إِنَ
النِّسَاءَشَقَائِقُ الرِّجَالِ
“ sesungguhnya perempuan itu laksana saudara kandung laki-laki ”
(HR. Ahmad, Abu Daud, dan At-Turmudzi)
النَّاسُ سَوَاسِيَةٌكَأَسْنَانِ
المُسْطِ
“ manusia itu sama dan setara bagai gigi sisir ”
Ayat dan hadist di atas adalah
sebuah realita pengakuan Islam terhadap hak-hak wanita secara umum dan anugerah
kemuliaan dari Alloh SWT. Persoalan yang muncul kemudian bahwa sekalipun Islam
telah mendasari penyadaran integratif tentang wanita tidak berbeda dalam
beberapa hal dengan laki-laki, pada kenyataanya
prinsip-prinsip Islam tentang
wanita tersebut telah mengalami distorsi. Kita tidak bisa menutup bahwa
masih banyak manusia yang mencoba mengingkari kelebihan yang di anugerahkan
Alloh SWT. Kepada wanita.
Pengaruh kultur yang masih
bersifat patrilineal dan kenyataan pada tingkat perbandingan proposional antara
laki-laki dan wanita ditemukan bahwa laki-laki
(karena kondisi. Sosial dan budaya) memiliki kelebihan atas wanita. Yang
pada gilirannya telah menafikan atau mengurangi prinsip-prinsip mulia tentang
wanita yang kemudian tidak diperhatikan. Oleh karena itulah maka di
tengah-tengah arus perubahan yang menggejala di berbagai belahan dunia yang
pada prinsipnya menuntut kembali hak-hak sebenarnya dari wanita, maka umat Islam
perlu meninjau dan mengkaji ulang anggapan-anggapan yang merendahkan wanita
karena distorsi budaya, berdasarkan prinsip-prinsip kemuliaan Islam.
Harus diakui bahwa memang ada
perbedaan fungsi laki-laki dan wanita yang disebabkan oleh perbedaan kodrati. Sementara di luar itu ada peran-peran non
kodrati dalam kehidupan masyarakat yang masing-masing (laki-laki dan perempuan)
harus memikul tanggung jawab bersama dan harus dilaksanakan dengan saling
mendukung satu sama lain. Sebagaimana Firman Alloh SWT
tbqãZÏB÷sßJø9$#ur
àM»oYÏB÷sßJø9$#ur
öNßgàÒ÷èt/
âä!$uÏ9÷rr&
<Ù÷èt/
4
crâßDù't
Å$rã÷èyJø9$$Î/
tböqyg÷Ztur
Ç`tã
Ìs3ZßJø9$#
ÇÐÊÈ
Artinya: “Dan orang-orang yang
beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari
yang munkar....” (At-Taubah: 71)
Peran
domestik wanita yang hal itu merupakan kesejatian kodrat wanita seperti:
sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak mereka, hamil, melahirkan,
menyusui, dan fungsi lain dalam keluarga yang memang tidak mungkin digantikan
oleh laki-laki, Firman Alloh SWt:
°!
Ûù=ãB
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
4
ß,è=øs
$tB
âä!$t±o
4
Ü=pku
`yJÏ9
âä!$t±o
$ZW»tRÎ)
Ü=ygtur
`yJÏ9
âä!$t±o
uqä.%!$#
ÇÍÒÈ
Artinya: “Kepunyaan Allah-lah
kerajaan langit dan bumi, dia menciptakan apa yang dia kehendaki. dia
memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang dia kehendaki dan memberikan
anak-anak lelaki kepada siapa yang dia kehendaki,”(As-Syuuraa: 49)
Dan Islam pun telah mengatur hak dan
kewajiban wanita dalam hidup berkeluarga yang harus di terima dan patuhi oleh
masing-masing (suami-istri).
Akan tetapi ada peran publik wanita , di
mana wanita sebagai anggota masyarakat , wanita sebagai warga negara yang
mempunyai hak bernegara dan berpolitik, telah menuntut wanita harus melakukan
peran sosialnya yang lebih tegas, transparan dan terlindungi.
Dalam konteks peran-peran publik menurut
prinsip-prinsip Islam, wanita diperbolehkan melakukan peran tersebut dengan
konsekuensi bahwa ia dapat dipandang mampu dan memiliki kapasitas untuk
menduduki peran sosial dan politik tersebut.
Dengan kata lain bahwa kedudukan
kedudukan wanita dalam proses bernegara telah terbuka lebar, terutama perannya
dalam masyarakat majemuk ini, dengan tetap mengingat bahwa kualitas, kapasitas,
kapabilitas dan akseptabilitas bagaimanapun harus menjadi ukuran, sekaligus
tanpa melupakan fungsi kodrati wanita sebagai sebuah keniscayaan.[4]
IV.
KESIMPULAN
Dari
penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwasanya wanita Jawa memiliki
pengertian yang beraneka ragam, sekaligus idiologi yang berbeda. Wanita menurut
budaya Jawa berada di belakang laki-laki dikarenakan dilihat dari segi fisik
yang mana laki-laki berbadan kekar dan tegap, sedangkan wanita kebalikan daripada
itu. Bahkan, wanita dianggap mustahil berbuat kebajikan seperti halnya lelaki.
Setelah R.A. Kartini datang teori itu sedikit demi sedikit hilang , yang
akhirnya terangkatlah wanita yang asalnya hanya di belakang bisa maju kedepan
seperti halnya laki-laki.
Namun
menurut pandangan Islam wanita tidaklah seperti apa yang dipandang oleh
masyarakat Jawa dulu, melainkan wanita adalah seorang yang amat mulia bahkan
tiga tingkat lebih tinggi derajatnya dibanding laki-laki, bukan hanya itu bahkan
(menurut hadist) surga itu terdapat telapak kaki seorang ibu.
V.
PENUTUP
Mengakhiri makalah ini, saya
menghaturkan segala puji dan keagungan kepada Alloh Yang Maha Tinggi lagi Maha
Kuasa. Dialah yang telah memberi anugerah pertolongan kepada kami. Tanpa
pertolongan itu, tentu makalah ini tidak akan terwujud. Dengan rendah hati saya
berdo’a kepada Alloh, mudah-mudahan Dia menjadikan jerih payah ini sebuah amal
jariyah yang ikhlas, untuk dan karena-Nya semata. Dia Maha Tinggi lagi Maha
Mulia. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi semua, dan dicatat sebagai
pahala. Dialah sebaik-baik Penguasa dan sebaik-baik Pemberi pertolongan.
Mudah-mudahan Alloh melimpahkan rahmat-salam kepada panutan alam beliaulah
Muchammad S’AW, serta kepada segenap keluarga, sahabat dan para pengikut beliau
hingga hari kiamat.
DAFTAR
PUSTAKA
Suhandjati Surti, Sri, Ridin Sofwan. 2001. Perempuan
dan Seksualitas dalam Tradisi Jawa. Yogyakarta: Gama Media.
Dian, Seri.1996. Kisah Dari Kampung Halaman. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Miri, Djamaluddin. 2005. Ahkamul Fuqoha. Surabaya:
LTN NU dan Diantam.
Kami ingin berbagi cerita kepada anda semua bahwa saya yg dulunya cuma seorang TKW di HONGKONG jadi pembantu rumah tangga yg gajinya tidak mencukupi keluarga dikampun,jadi TKW itu sangat menderita dan disuatu hari saya duduk2 buka internet dan tidak disengaja saya melihat komentar orang tentan KI ANGEN DARWO dan katanya bisa membantu orang untuk memberikan nomor yg betul betul tembus dan kebetulan juga saya sering pasan nomor di HONGKONG,akhirnya saya coba untuk menhubungi KI ANGEN DARWO dan ALHAMDULILLAH beliau mau membantu saya untuk memberikan nomor,dan nomor yg diberikan KI ANGEN DARWO meman betul2 terbukti tembus dan saya sangat bersyukur berkat bantuan KI ANGEN DARWO kini saya bisa pulang ke INDONESIA untuk buka usaha sendiri,,munkin saya tidak bisa membalas budi baik KI ANGEN DARWO sekali lagi makasih yaa KI dan bagi teman2 yg menjadi TKW atau TKI seperti saya,bila butuh bantuan hubungi saja KI ANGEN DARWO DI 0 8 5 3 2 5 2 9 1 9 9 9 insya ALLAH beliau akan membantu anda.Ini benar benar kisah nyata dari saya seorang TKW
BalasHapusKami ingin berbagi cerita kepada anda semua bahwa saya yg dulunya cuma seorang TKW di HONGKONG jadi pembantu rumah tangga yg gajinya tidak mencukupi keluarga dikampun,jadi TKW itu sangat menderita dan disuatu hari saya duduk2 buka internet dan tidak disengaja saya melihat komentar orang tentan KI ANGEN DARWO dan katanya bisa membantu orang untuk memberikan nomor yg betul betul tembus dan kebetulan juga saya sering pasan nomor di HONGKONG,akhirnya saya coba untuk menhubungi KI ANGEN DARWO dan ALHAMDULILLAH beliau mau membantu saya untuk memberikan nomor,dan nomor yg diberikan KI ANGEN DARWO meman betul2 terbukti tembus dan saya sangat bersyukur berkat bantuan KI ANGEN DARWO kini saya bisa pulang ke INDONESIA untuk buka usaha sendiri,,munkin saya tidak bisa membalas budi baik KI ANGEN DARWO sekali lagi makasih yaa KI dan bagi teman2 yg menjadi TKW atau TKI seperti saya,bila butuh bantuan hubungi saja KI ANGEN DARWO DI 0 8 5 3 2 5 2 9 1 9 9 9 insya ALLAH beliau akan membantu anda.Ini benar benar kisah nyata dari saya seorang TKW
JIKA ANDA BUTUH ANGKA RITUAL 2D 3D 4D DI JAMIN 100% JEBOL 7X PUTARAN BARTURUT TURUT JEBOL BILAH BERMINAT HUB KI DARWO DI NMR (_0_8_5_3_2_5_2_9_1_9_9_9_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB THA,SK ROO,MX SOBAT
BalasHapus😌🙏
BalasHapus