AJARAN
TAUCHID
Oleh:
AMIM Muslim
(Achmad
Mishbachul Munir Muslim)*
فَاعْلَمْ
اَنَّهُ لآاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَتِ وَاللهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ (سورة محمد اية
19)
"Maka
ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan
perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu."
(Q.S. Muhammad ayat 19).
Di
dalam ayat ini ditemukan tiga poin. Yaitu:
1.
Ajaran Tauhid atau Aqidah. Dari isyarah “Maka
ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah”.
2.
Permohonan ampunan. Dari isyarah “dan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan
perempuan”.
3.
Tanggung Jawab. Dari isyarah “Dan Allah
mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu”.
Pada poin pertama,
kita umat Islam diperintahkan untuk mengetahui bahwa tiada tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah. Ya’ni, kita harus mengenal Aqidah melalui dasar lafal
LAA ILAAHA ILLALLOHU ( لااله الاالله ) yang diteruskan dengan poin kedua, yaitu: lafal yang
tersimpan di balik kata perintah WASTAGHFIR LIDZAMBIKA atau lebih jelasnya
lafal MUHAMMADURROSULULLOH. Maksudnya, dasar aqidah kita umat islam, ialah
Kalimah Thoyyibah yang
menurut pakar Ilmu Tauhid di bawah pimpinan Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu
Manshur Al-Maturidi jika dilihat dari kata LAA (tiada), maka ialah
mengisyaratkan kepada 20 (dua puluh) sifat MUHAL (tidak mungkin) bagi Allah
seperti berikut ini:
1.
‘ADAM
/ عدم(tidak ada).
2.
CHUDUTS
/ حدوث(baru).
3.
FANA / فناء(rusak).
4.
MUMATSLATUL
LILCHAWAADTSI / مماثلة للحوادث(sama dengan makhluk).
5.
ICHTIYAAJ
LIGHOIRIHI / احتياج لغيره(butuh kepada lain-Nya).
6.
TA’ADDUD / تعدد(banyak).
7.
‘AJZUN / عجز(tidak mampu).
8.
KAROHAN /كراها
(sifat keterpaksaan).
9. JAHLUN / جهل(bodoh).
10. MAUTUN / موت(mati).
11. SHOMAMUN / صمام(tuli).
12. ‘UMYUN / عمي(buta).
13.
BUKMUN
/ بكم(bisu).
14.
‘AAJIZAN
/ عاجزا(yang tidak mampu).
15.
KAARIHAN /
كارها(yang terpaksa).
16.
JAAHILAN / جاهلا(yang bodoh).
17. MAAITAN / ميتا(yang mati).
18. ASHOMMA / اصم(yang tuli).
19.
A’MAA
/ اعمي(yang buta).
20.
ABKAMA
/ ابكم(yang bisu).
Dan
jika dilihat dari kata ILLAA (الا) (selain), maka ialah mengisyaratkan kepada 20 (dua
puluh) sifat WAJIB (harus) bagi Allah seperti berikut:
1.
WUJUD /
وجود(Ada).
2.
QIDAM
/ قدم(Dahulu).
3.
BAQAA
/ بقى(Abadi).
4.
MUKHOLAFATUL
LILCHAWAADITSI / مخالفة للحوادث(Tidak sama dengan makhluk).
5. QIYAAMUHU BINAFSIHI
/ قيامه بنفسه(Berdiri dengan sendiri-Nya).
6. WACHDAANIYYAH / وحدانية(Esa).
7. QUDROT / قدرة(Berkuasa).
8.
IRODAT
/ ارادة(Berkehendak).
9.
ILMU
/ علم(Berpengetahuan).
10.
CHAYAT / حياة(Hidup).
11.
SAMA’
/ سمع(Mendengar).
12.
BASHOR
/ بصر(Melihat).
13.
KALAM
/ كلام(Berfirman).
14.
QOODIRON
/ قادرا(Maha Kuasa).
15.
MURIIDAN
/ مريدا(Maha Menghendaki).
16.
‘AALIMAN
/ عالما(Maha Mengetahui).
17.
CHAYYAN
/ حيا(Maha Hidup).
18.
SAMII’AN
/ سامعا(Maha Mendengar).
19.
BASHIIRON
/ بصيرا(Maha Melihat).
20.
MUTAKALLIMAN
/ متكلما(Maha Mampu Berfirman).
Sedang
di antara kata LAA (لا)dengan kata ILLAA (الا), adalah mengisyaratkan kepada satu sifat.
Yaitu: SIFAT JAIZ ALLAH (صفة جائزة لله). Ya’ni, kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan
oleh-Nya di dalam TAQDIR MU’ALLAQ / تقدير معلق (ketentuan Allah yang berhubungan dengan
usaha para makhluk-Nya) atau TAQDIR MUBROOM / تقدير مبرام (ketentuan yang telah dipastikan
oleh-Nya).
Sementara
kata MUHAMMADUR RASULULLAH (محمد رسول الله)yang dikiaskan dengan kata LAA (لا) dan ILLAA (الا) di dalam
kalimah LAA ILAAHA ILLAALLOH (لااله الاالله). Ya’ni,
hukum muwafaqoh (simetris/klop) dan hukum mu’aadalah (simetri/selaras) yang ada
di dalamnya, adalah mengisyaratkan kepada sifat-sifat wajib bagi para Rasul,
sifat-sifat muhal dan sifat jaiz para beliau. Dengan dasar pemahaman Kaum Hikmah
Kamilah di dalam menyimpulkan ayat-ayat berikut:
وَاِذْ
اَخَذَاللهُ مِيْثَاقَ النَّبِيِّيْنَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ
ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ
وَلَتَنْصُرُ نَّهُ قَالَ اَاَقْرَرْ تُمْ وَاَخذْ تُمْ عَلَى ذلِكُمْ اِصْرِىْ
قَالُوْا اَقْرَرْنََا قَالَ فَاشْهَدُوْا وَاَنَامَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ
(سورة ال عمران اية 81)
Dan
(ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, sungguh, apa saja
yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan Hikmah, kemudian datang kepadamu
seorang Rosul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan
sungguh-sungguh beriman kepada-Nya dan menolong, Allah berfirman :apakah kamu
mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu ?. mereka menjawab
“kami mengakui. Alloh berfirman : kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan
Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu. (Q.s Ali Imron ayat 81).
اِنَّ
اللهَ يَاْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا اْلاَمَانَاتِ اِلَى اَهْلِهَا وَاِذَا
حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِاْلعَدْلِ اِنَّ اللهَ نِعِمَّا
يَعِظُكُمْ بِهِ اِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيْعًا بَصِيْرًا (سورة النساء اية 58)
Sesungguhnya
Alloh menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil,sesungguhnya Alloh memberikan pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu, sesungguhnya Alloh adalah Maha mendengar lagi Maha
Melihat. (Q.s An-Nisa ayat 58).
وَمَااَرْسَلْنَامِنْ
رَسُوْلٍ اِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ فَيُضِلّ ُ اللهُ مَنْ
يَشَاءُ وَيَهْدِىْ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ اْلعَزِيْزُ اْلحَكِيْمُ (سورة ابراهيم
اية 4)
Kami
tidak mengutus seorang Rosulpun melainkan dengan bahasa kaumnya,supaya ia dapat
memberi penjelaskan dengan terang kepada mereka, maka Alloh menyesatkan siapa
yang Ia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, dan
Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa Lagi Maha Bijaksana. (Q.s Ibrohim ayat 4).
يَااَيُّهَا
الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَااُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَاِنْ لَمْ تَفْعَلْ
فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يُعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ اِنَّ اللهَ
لاَيَهْدِى اْلقَوْمَ اْلكَافِرِيْنَ (سورة المائده اية 67)
Hai
Rosul sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu,dan jika tidak
kerjakan (apa yang diperintahkan itu berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya, Alloh memelihara kamu dari (gangguan) manusia,sesunguhnya Alloh
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. (Q.s Al-Mai’dah ayat 67).
Empat
ayat di atas mengisyaratkan bahwa seorang Rasul, ialah mempunyai kriteria
sebagai berikut :
1.
SHIDDIQ / صديق (jujur) dari isyarah MUSHODDIQUL
LIMAA MA’AKUM / مصدق لما معكم(rasul yang membenarkan apa yang ada padamu)
2.
AMANAH / امانة (dapat di percaya) dari isyarah AN
TU’ADDUL AMAANAATI ILAA AHLIHA / ان تؤدواالامانات الي اهلها( kamu menyampaikan amanat kepada orang-orang
yang behak menerimanya)
3.
FATHONAH / فطانة(cerdas) sehingga mampu
menjelaskan semua apa yang terjadi di
tengah masyarakat, dari isyarah LIYUBAYYINA LAHUM / ليبين لهم(supaya ia dapat memberikan
penjelasan dengan terang kepada mereka).
4.
TABLIGH / تبليغ (menyampaikan) wahyu kepada
masyarakat, dari isyarah BALLIGH MAA UNGZILA ILAIKA MIR ROBBIKA / بلغ ماانزل اليك من ربك( sampaikanlah
apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu).
Empat
isyarat dari empat ayat di atas, adalah dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat
wajib para Rasul ialah:
1.
SIDDIIQ
(Benar / Jujur).
2.
AMANAH
(Dapat dipercaya).
3.
FATHONAH
(Cerdas).
4.
TABLIGH
(Menyampaikan Wahyu).
Dan
sifat-sifat muhal para Beliau ialah:
1.
KIDZBUN /
كذب(Berbohong).
2.
KHIYANAH /
خيانة(Berkhianat).
3.
BALADAH / بلادة(
Bodoh).
4.
KITMAAN /
كتما(Menyembunyikan Wahyu).
Sedangkan
sifat jaiz / جائز mereka, ialah semua sifat yang dimiliki oleh manusia. Seperti:
makan, minum, tidur dan sebagainya. Oleh sebab itu, semata-mata tidak seorang
rasul diutus melainkan untuk dita’ati. Sebagaimana diterangkan dalam ayat
berikut:
وَمَااَرْسَلْنَا
مِنْ رَسُوْلٍ اِلاَّلِيُطَاعَ بِاِذْنِ اللهِ وَلَوْاَنَّهُمْ اِذْظَلَمُوْا
اَنْفُسَهُمْ جَاؤُكَ فَاسْتَغْفَرُوااللهَ وَاسْتَغْفَرَلَهُمُ الرَّسُوْلُ
لَوَجَدُوااللهَ تَوَّابًا رَحِيْمًا (سورة النساء اية 64)
Dan
kami tidak mengutus seorang rosul, melainkan untuk dita’ati dengan seizin
Allah,sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu,
lalu mohon ampun kepada Allah dan rosulpun memohon ampun untuk mereka, tentulah
mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat Lagi Maha Penyayang. (Q.s An-Nisa
ayat 64).
Lima ayat di atas, adalah dapat
disimpulkan bahwa seorang rasul harus dita’ati karena:
1.
Jujur.
2.
Dapat di percaya
3.
Cerdas
4.
Mampu
mengimplementasikan wahyu.
Empat sifat inilah merupakan jalan yang
ditempuh oleh para rasul. Maka dari itu, jika seseorang ingin menjadi orang
yang baik dan benar menurut Allah Ta’ala, maka ia harus bisa mencontoh
langkah-langkah para beliau di dalam sifat jujur, dapat dipercaya, cerdas,
mampu mengimplementasikan wahyu.
NATIJATUL KALAM / نتيجة الكلام (kesimpulan
pembicaraan).
Ringkasnya, AJARAN TAUCHID umat Islam, ialah terimplisit di balik Kalimah LAA
ILAAHA ILLALLOHU MUHAMMADURROSULULLOHI (لااله الاالله محمد رسول الله).
Demikian sekelumit kajian tentang AJARAN TAUCHID menurut saya, dengan
dasar Al-Quran melalui pemahaman HIKMAH KAMILAH dari aplikasi disiplin ILMU
MA’AANI BAGIAN DARI ILMU BALAGHOH.
*) Penulis adalah sebagai:
- Pembina Yayasan Hikmah Kamilah Petunjungan Bulakamba Brebes Jawa Tengah.
- Pengasuh Acara Dialog Islami Radio HAKA FM Brebes.
- Pengasuh Pengajian Istighotsah, Ta'wil Qur'an, dan Dialog Islami setiap Ahad Wage di Pondok Pesantren Hikmah Kamilah Petunjungan Bulakamba Brebes Jawa Tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar