Sabtu, 06 Juli 2013

TAUHID


AJARAN TAUCHID

Oleh:

AMIM Muslim

(Achmad Mishbachul Munir Muslim)*

فَاعْلَمْ اَنَّهُ لآاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَتِ وَاللهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ (سورة محمد اية 19)
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu." (Q.S. Muhammad ayat 19).

         Di dalam ayat ini ditemukan tiga poin. Yaitu:

1.      Ajaran Tauhid atau Aqidah. Dari isyarah “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah”.
2.      Permohonan ampunan. Dari isyarah “dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan”.
3.      Tanggung Jawab. Dari isyarah “Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu”.

         Pada poin pertama, kita umat Islam diperintahkan untuk mengetahui bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Ya’ni, kita harus mengenal Aqidah melalui dasar lafal LAA ILAAHA ILLALLOHU ( لااله الاالله ) yang diteruskan dengan poin kedua, yaitu: lafal yang tersimpan di balik kata perintah WASTAGHFIR LIDZAMBIKA atau lebih jelasnya lafal MUHAMMADURROSULULLOH. Maksudnya, dasar aqidah kita umat islam, ialah Kalimah Thoyyibah yang menurut pakar Ilmu Tauhid di bawah pimpinan Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Manshur Al-Maturidi jika dilihat dari kata LAA (tiada), maka ialah mengisyaratkan kepada 20 (dua puluh) sifat MUHAL (tidak mungkin) bagi Allah seperti berikut ini:

1.      ‘ADAM / عدم(tidak ada).
2.      CHUDUTS / حدوث(baru).
3.      FANA / فناء(rusak).
4.      MUMATSLATUL LILCHAWAADTSI / مماثلة للحوادث(sama dengan makhluk).
5.      ICHTIYAAJ LIGHOIRIHI / احتياج لغيره(butuh kepada lain-Nya).
6.      TA’ADDUD / تعدد(banyak).
7.      ‘AJZUN / عجز(tidak mampu).
8.      KAROHAN /كراها (sifat keterpaksaan).
9.      JAHLUN / جهل(bodoh).
10.  MAUTUN / موت(mati).
11.  SHOMAMUN / صمام(tuli).
12.  ‘UMYUN / عمي(buta).
13.  BUKMUN / بكم(bisu).
14.  ‘AAJIZAN / عاجزا(yang tidak mampu).
15.  KAARIHAN / كارها(yang terpaksa).
16.  JAAHILAN / جاهلا(yang bodoh).
17.  MAAITAN / ميتا(yang mati).
18.  ASHOMMA / اصم(yang tuli).
19.  A’MAA / اعمي(yang buta).
20.  ABKAMA / ابكم(yang bisu).

         Dan jika dilihat dari kata ILLAA (الا) (selain), maka ialah mengisyaratkan kepada 20 (dua puluh) sifat WAJIB (harus) bagi Allah seperti berikut:

1.      WUJUD / وجود(Ada).
2.      QIDAM / قدم(Dahulu).
3.      BAQAA / بقى(Abadi).
4.      MUKHOLAFATUL LILCHAWAADITSI / مخالفة للحوادث(Tidak sama dengan makhluk).
5.      QIYAAMUHU BINAFSIHI / قيامه بنفسه(Berdiri dengan sendiri-Nya).
6.      WACHDAANIYYAH / وحدانية(Esa).
7.      QUDROT / قدرة(Berkuasa).
8.      IRODAT / ارادة(Berkehendak).
9.      ILMU / علم(Berpengetahuan).
10.  CHAYAT / حياة(Hidup).
11.  SAMA’ / سمع(Mendengar).
12.  BASHOR / بصر(Melihat).
13.  KALAM / كلام(Berfirman).
14.  QOODIRON / قادرا(Maha Kuasa).
15.  MURIIDAN / مريدا(Maha Menghendaki).
16.  ‘AALIMAN / عالما(Maha Mengetahui).
17.  CHAYYAN / حيا(Maha Hidup).
18.  SAMII’AN / سامعا(Maha Mendengar).
19.  BASHIIRON / بصيرا(Maha Melihat).
20.  MUTAKALLIMAN / متكلما(Maha Mampu Berfirman).

         Sedang di antara kata LAA (لا)dengan kata ILLAA (الا), adalah mengisyaratkan kepada satu sifat. Yaitu: SIFAT JAIZ ALLAH (صفة جائزة لله). Ya’ni, kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh-Nya di dalam TAQDIR MU’ALLAQ / تقدير معلق (ketentuan Allah yang berhubungan dengan usaha para makhluk-Nya) atau TAQDIR MUBROOM / تقدير مبرام (ketentuan yang telah dipastikan oleh-Nya).

         Sementara kata MUHAMMADUR RASULULLAH (محمد رسول الله)yang dikiaskan dengan kata LAA (لا) dan ILLAA (الا) di dalam kalimah LAA ILAAHA  ILLAALLOH (لااله الاالله). Ya’ni, hukum muwafaqoh (simetris/klop) dan hukum mu’aadalah (simetri/selaras) yang ada di dalamnya, adalah mengisyaratkan kepada sifat-sifat wajib bagi para Rasul, sifat-sifat muhal dan sifat jaiz para beliau. Dengan dasar pemahaman Kaum Hikmah Kamilah di dalam menyimpulkan ayat-ayat berikut:
وَاِذْ اَخَذَاللهُ مِيْثَاقَ النَّبِيِّيْنَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُ نَّهُ قَالَ اَاَقْرَرْ تُمْ وَاَخذْ تُمْ عَلَى ذلِكُمْ اِصْرِىْ قَالُوْا اَقْرَرْنََا قَالَ فَاشْهَدُوْا وَاَنَامَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ (سورة ال عمران اية 81)
         Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan Hikmah, kemudian datang kepadamu seorang Rosul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepada-Nya dan menolong, Allah berfirman :apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu ?. mereka menjawab “kami mengakui. Alloh berfirman : kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu. (Q.s Ali Imron ayat 81).
اِنَّ اللهَ يَاْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا اْلاَمَانَاتِ اِلَى اَهْلِهَا وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِاْلعَدْلِ اِنَّ اللهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ اِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيْعًا بَصِيْرًا (سورة النساء اية 58)
         Sesungguhnya Alloh menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil,sesungguhnya Alloh memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu, sesungguhnya Alloh adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. (Q.s An-Nisa ayat 58).
وَمَااَرْسَلْنَامِنْ رَسُوْلٍ اِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ فَيُضِلّ ُ اللهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِىْ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ اْلعَزِيْزُ اْلحَكِيْمُ (سورة ابراهيم اية 4)
         Kami tidak mengutus seorang Rosulpun melainkan dengan bahasa kaumnya,supaya ia dapat memberi penjelaskan dengan terang kepada mereka, maka Alloh menyesatkan siapa yang Ia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa Lagi Maha Bijaksana. (Q.s Ibrohim ayat 4).

يَااَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَااُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَاِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يُعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ اِنَّ اللهَ لاَيَهْدِى اْلقَوْمَ اْلكَافِرِيْنَ (سورة المائده اية 67)
         Hai Rosul sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu,dan jika tidak kerjakan (apa yang diperintahkan itu berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya, Alloh memelihara kamu dari (gangguan) manusia,sesunguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. (Q.s Al-Mai’dah ayat 67).

         Empat ayat di atas mengisyaratkan bahwa seorang Rasul, ialah mempunyai kriteria sebagai berikut :

1.      SHIDDIQ / صديق (jujur) dari isyarah MUSHODDIQUL LIMAA MA’AKUM / مصدق لما معكم(rasul yang membenarkan apa yang ada padamu)
2.      AMANAH / امانة (dapat di percaya) dari isyarah AN TU’ADDUL AMAANAATI ILAA AHLIHA / ان تؤدواالامانات الي اهلها( kamu menyampaikan amanat kepada orang-orang yang behak menerimanya)
3.      FATHONAH / فطانة(cerdas) sehingga mampu menjelaskan  semua apa yang terjadi di tengah masyarakat, dari isyarah LIYUBAYYINA LAHUM / ليبين لهم(supaya ia dapat memberikan penjelasan dengan terang kepada mereka).
4.      TABLIGH / تبليغ (menyampaikan) wahyu kepada masyarakat, dari isyarah BALLIGH MAA UNGZILA ILAIKA MIR ROBBIKA / بلغ ماانزل اليك من ربك( sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu).

         Empat isyarat dari empat ayat di atas, adalah dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat wajib para Rasul ialah:

1.      SIDDIIQ (Benar / Jujur).
2.      AMANAH (Dapat dipercaya).
3.      FATHONAH (Cerdas).
4.      TABLIGH (Menyampaikan Wahyu).

         Dan sifat-sifat muhal para Beliau ialah:

1.      KIDZBUN / كذب(Berbohong).
2.      KHIYANAH / خيانة(Berkhianat).
3.      BALADAH / بلادة( Bodoh).
4.      KITMAAN / كتما(Menyembunyikan Wahyu).

         Sedangkan sifat jaiz / جائز mereka, ialah semua sifat yang dimiliki oleh manusia. Seperti: makan, minum, tidur dan sebagainya. Oleh sebab itu, semata-mata tidak seorang rasul diutus melainkan untuk dita’ati. Sebagaimana diterangkan dalam ayat berikut:
وَمَااَرْسَلْنَا مِنْ رَسُوْلٍ اِلاَّلِيُطَاعَ بِاِذْنِ اللهِ وَلَوْاَنَّهُمْ اِذْظَلَمُوْا اَنْفُسَهُمْ جَاؤُكَ فَاسْتَغْفَرُوااللهَ وَاسْتَغْفَرَلَهُمُ الرَّسُوْلُ لَوَجَدُوااللهَ تَوَّابًا رَحِيْمًا (سورة النساء اية 64)
         Dan kami tidak mengutus seorang rosul, melainkan untuk dita’ati dengan seizin Allah,sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu mohon ampun kepada Allah dan rosulpun memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat Lagi Maha Penyayang. (Q.s An-Nisa ayat 64).

         Lima ayat di atas, adalah dapat disimpulkan bahwa seorang rasul harus dita’ati karena:

1.      Jujur.
2.      Dapat di percaya
3.      Cerdas
4.      Mampu mengimplementasikan wahyu.

         Empat sifat inilah merupakan jalan yang ditempuh oleh para rasul. Maka dari itu, jika seseorang ingin menjadi orang yang baik dan benar menurut Allah Ta’ala, maka ia harus bisa mencontoh langkah-langkah para beliau di dalam sifat jujur, dapat dipercaya, cerdas, mampu mengimplementasikan wahyu.

NATIJATUL KALAM / نتيجة الكلام (kesimpulan pembicaraan).

         Ringkasnya, AJARAN TAUCHID umat Islam, ialah terimplisit di balik Kalimah LAA ILAAHA ILLALLOHU MUHAMMADURROSULULLOHI (لااله الاالله محمد رسول الله).         

         Demikian sekelumit kajian tentang AJARAN TAUCHID menurut saya, dengan dasar Al-Quran melalui pemahaman HIKMAH KAMILAH dari aplikasi disiplin ILMU MA’AANI BAGIAN DARI ILMU BALAGHOH.


         *) Penulis adalah sebagai: 
  1. Pembina Yayasan Hikmah Kamilah Petunjungan Bulakamba Brebes Jawa Tengah. 
  2. Pengasuh Acara Dialog Islami Radio HAKA FM Brebes. 
  3. Pengasuh Pengajian Istighotsah, Ta'wil Qur'an, dan Dialog Islami setiap Ahad Wage di Pondok Pesantren Hikmah Kamilah Petunjungan Bulakamba Brebes Jawa Tengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar